Urgensi Metode Sejarah di Tengah Arus Globalisasi Digital
Muhammad Faishal Fadlie, S.Hum
(MAN 1 Pasuruan)
Di era globalisasi sekarang ini arus informasi seakan-akan sulit dibendung masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan sehari-hari. Mulai dari informasi yang sifatnya privat hingga publik. Manusia disodorkan sebuah teknologi yang tidak bisa ditolak lagi, namun terkadang dari teknologi ini melahirkan permasalahan yang dihadapi. Ya benar, revolusi industri di eropa akhir abad-18 yang menjadi tonggak awal mula bangkitnya teknologi yakni ditemukannya mesin uap pun tak luput dari masalah yang kemudian melahirkan permasalahan dari segi sosial, ekonomi, budaya hinggal politik. Namun permasalahan itu juga melahirkan solusi-solusi baru dalam perkembangannya hingga saat ini. Seperti diketahui revolusi industri melahirkan kapitalisme, dari ketidaksempurnaan kapitalisme melahirkan sosialisme dan seterusnya hingga pan-islamisme. Artinya dialektika keilmuan menuju masyarakat yang sempurna selalu dibutuhkan disetiap zamannya.
Seperti halnya tantangan zaman sekarang, kemajuan di bidang teknologi informasi yakni derasnnya globalisasi informasi digital juga tak luput dari lahirnya permasalahan. Manusia kini ibarat sedang berenang dalam sebuah lautan informasi, seperti halnya laut yang menjadi hilir dari segala sumber mata air. Kini teknologi informasi yang kita pakai sama halnya sebuah laut yang menjadi hilir dari seluruh informasi/berita dan kita diposisi tengah laut itu. Jika manusia tidak mempunyai teknik khusus untuk berenang ditengah derasnya ombak lautan informasi ini, maka ada kemungkinan kita akan terseret ombak, tenggelam atau terombang-ambing ditengah lautan.
Maka dari itu penting kita sebagai manusia yang berfikir dan berusaha, bagaimana agar kita tidak terombang-ambing atau tenggelam dilautan tersebut. Perlu adanya sebuah cara atau teknik untuk dipelajari seperti halnya seorang yang berlatih renang agar bisa selamat saat di air yang dalam.

Teknik itu bernama Metode Sejarah. Dalam Historian’s Handbook : A Key to Study and Writing of History (1964) karya Wood Gray, berikut tahapan-tahapan dalam metode penelitian sejarah : Pemilihan Topik, Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik (verifikasi), Interpretasi dan Historiografi. Teknik dalam menghadapi arus global yang kian bertambah deras ini, membuat metode sejarah menjadi penting karena cirikhas dari sejarahwan yakni bersifat kritis dan objektif dalam melihat masa lampau.
Langkah pertama yakni pemilihan topik. Jika dalam sejarah pemilihan topik itu harus didasarkan pada kedekatan emosional, kedekatan intelektual hingga ketersediaan sumber data sejarah. Maka hal ini bisa ditafsirkan sedikit berbeda namun mempunyai esensi yang sama dalam konteks arus global informasi. Informasi yang kita peroleh sekarang ini, bijaknya kita hanya intens merespon pada hal-hal yang dekat dengan kebutuhan dan kemampuan kita secara fisik sekaligus psikis kita. Misal, ketika kita mendapat informasi seputar issu hutang Indonesia yang bisa membuat kolaps sebuah negara. Kita boleh merespon secara berlebihan di media sosial jika kita mempunyai kedekatan intelektual dan emosional. Bahasa mudahnya punya ilmunya. Jika itu tidak dipenuhi maka yang muncul adalah nyinyiran yang tak berdasar saja. Ibarat bunga hanya bunga plastik, bukan bunga asli yang mempunyai wangi secara natural.
Langkah kedua adalah heuristik. Di sejarah heuristik mempunyai arti mengumpulkan sumber. Sumber ini berasal dari segala peninggalan, informasi yang berkaitan dengan apa yang diteliti. Sumber juga terbagi menjadi 2 menurut sifatnya, sumber primer dan sekunder. Masing-masing sumber mempunyai bobot tersendiri, primer lebih utama dari pada sekunder yang hanya sebagai sumber pendukung dari sumber primer. Dalam hal ini ilmu tentang heuristik mempunyai peran sebagai penyeleksi tahap awal informasi yang beredar di media online. Sumber berita yang kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan kebenaranlah yang dipakai untuk memberi pendapat terhadap suatu hal. Orang jawa ibaratkan “ngomong gae data”. Bukan sekedar katanya, yang katanya ini hanya sumber sekunder apalagi tersier.
Langkah ketiga adalah Kritik. Di dalam sejarah kritik ini dilakukan agar sumber yang didapat benar-benar mendekati fakta. Karena terkadang bukti yang ada dipengaruhi oleh banyak faktor yang terjadi. Misal: Psikologi, politik, fanatik dsbnya. Maka sangatlah penting bagi kita untuk berlatih kritis terhadap sesuatu informasi yang beredar di masyarakat yang sangat cepat dan mudah tersebar ini. Jika tahap ini dilewati, yang terjadi adalah kelemahan argumen dan kesalahan keputusan kita ketika ingin berpendapat terhadap suatu hal yang terjadi.
Langkah keempat adalah Interpretasi. Ditahap ini juga tidak kalah penting dalam sejarah, karena penafsiran ini dituntut untuk seobyektif mungkin dalam menganalisis suatu hal. Manusia pada hakikatnya semuanya mempunyai keterikatan pada agama, ras, suku dan kebudayaan. Disini penulis dipaksa melepas dari keterikatan itu untuk mencapai penilaian yang obyektif pada suatu hal. Jika tidak maka yang terjadi adalah subyektif yang berlebihan dan akan sulit dijadikan pijakan dalam mengatasi permasalahannya. Karena kurang obyektif dalam penilaiannya. Bukan menyediakan masalah namun akan menambah permasalahan.
Langkah terakhir adalah Historiografi. Historiografi mempunyai arti penulisan sejarah. Dalam penulisan sebuah sejarah perlu diperhatikan dalam segi fakta-fakta bukan sekedar kumpulan argumen. Dalam menyikapi informasi di media sosial, langkah terakhir ini juga penting diperhatikan. Norma-norma dan kaidah dalam menulis jangan sampai melebihi fakta atau mengurai fakta. Agar maksud yang disampaikan tercapai, tidak bias informasi dan tersampaikan ke pembaca lain.