Gawai Bikin Siswa Mager

Gawai bikin Siswa Mager

Catatan kecil perjalanan mengajar

Oleh Dra. Nur Khamidah, M.Pd.

            Kemajuan teknologi membawa banyak dampak baik positif atau negatif. Banyak kemanfaatan yang diperoleh pada semua bidang dengan semakin canggihnya teknologi. Jarak bisa diperpendek, daya jangkau semakin bisa diperluas dan waktu tempuh bisa dipersingkat dengan adanya media atau sarana yang semakin up to date. Akan tetapi sebaliknya dampak negative juga tidak bisa dielakkan.

            Dalam dunia Pendidikan, penggunaan internet dan alat teknologi canggih seperti laptop, Handphone (gawai) sangat diperlukan. Di lain sisi juga membawa pengaruh buruk terhadap perkembangan Pendidikan terutama pada sisi psikologi siswa.

            Pandemi Covid 19 yang melanda dunia tiga tahun terakhir memaksa system Pendidikan berubah di semua level. Siswa yang dulunya bertemu langsung dengan para guru untuk transfer ilmu pengetahuan menjadi diam di tempat  (rumah) untuk belajar jarak jauh. Proses belajar mengajar  hanya mengandalkan pada sarana teknologi yang berupa gawai.

            Proses pembelajaran daring membuka peluang pembelajar untuk pasif dalam KBM. Apa yang mereka lakukan sulit untuk dipantau oleh guru di seberang. Sementara orang tua atau keluarga mempunyai banyak keterbatasan terkait materi pembelajaran. Pembelajaran tidak maksimal dan menjadikan siswa kurang  memahami apa yang mereka pelajari. Hal ini menyebabkan kemalasan dan gawai berubah fungsi (main game, chattingan dan lain-lain).

            Mulai tahun pelajaran 2022-2023 pembelajaran dilaksanakan secara luring (offline). Siswa beraktifitas Kembali di kelas. Ada pertemuan antara guru dengan siswa di setiap mata pelajaran. Akan tetapi suasana kelas berbeda dengan sebelum masa pandemic, terutama  semangat belajar dan penggunaan sarana teknologi yang mereka bawa.

            Dalam pembelajaran Bahasa asing (inggris), kondisi demikian ini sangat jelas terasa. Suasana kelas yang seharusnya terisi dengan Latihan berkomunikasi dengan Bahasa inggris menjadi tidak bergerak. Siswa enggan untuk mengetahui ungkapan kalimat yang mereka dengar, membaca teks kalimat yang seharusnya dilakukan, Latihan berbicara menggunakan kalimat Bahasa inggris dan menuliskan kata atau kalimat yang sedang dipelajari.

            Di sisi lain tujuan pembelajaran Bahasa adalah menjadikan pembelajar mampu berkomunikasi menggunakan Bahasa  yang dipelajari tersebut. Belajar Bahasa butuh pembiasaan, pemahaman kosa kata dan penggunaannya. Realita yang kita hadapi sekarang ini jauh dari ideal. Banyak pemandangan yang memperlihatkan siswa ogah berfikir untuk mengetahui makna sebuah kata atau kalimat, apalagi mengungkapkan dalam ucapan atau tulisan. Yang mereka lakukan sebatas memfoto kalimat atau teks yang diplejari dan mengklik untuk memunculkan makna secara instan menggunakan aplikasi penterjemah tanpa mengetahui makna dari setiap kosa kata.             Fenomena ini membuat kita berpikir keras untuk mengembalikan sengat belajar mereka dan mencari solusi masalah tersebut. Upaya untuk mengalihkan penggunaan aplikasi penterjemah untuk memahami makna kata dan cara baca (pronounciation) barangkali sebagai satu solusi. Cara lain lagi yaitu mengarahkan siswa untuk menggunakan kata, kalimat, atau ungkapan yang sedang dipelajari dalam berkomunikasi dengan teman atau guru. Menuliskan Kembali kalimat atau ungkapan yang mereka baca sebagai bentuk upaya lain yang perlu ditempuh.